Teknologi
Sistem Informasi Perbankan
Sejarah
Perbankan
Asal mula kegiatan Perbankan
Sejarah mencatat asal mula dikenalnya kegiatan perbankan adalah pada zaman
kerajaan tempo dulu di daratan Eropa. Kemudian usaha perbankan ini
berkembang ke Asia Barat oleh para pedagang. Perkembangan perbankan
di Asia, Afrika dan Amerika dibawa oleh bangsa Eropa pada
saat melakukan penjajahan ke negara jajahannya baik di Asia,
Afrika maupun benua Amerika. Bila ditelusuri, sejarah dikenalnyaper bankan
dimulai dari jasa penukaran uang. Sehingga dalam sejarah perbankan, arti
bank dikenal sebagai meja tempat penukaran uang.
Dalam perjalanan sejarah
kerajaan tempo dulu mungkin penukaran uangnya dilakukan antar kerajaan
yang satu dinegan kerajaan yang lain. Kegiatan penukaran ini
sekarang dikenal dengan nama Pedagang Valuta Asing (Money
Changer). Kemudian dalam perkembangan selanjutnya, kegiatan
operasional perbankan berkembang lagi menjadi tempat penitipan uang
atau yang disebut sekarang ini kegiatan simpanan. Berikutnya
kegiatan perbankan bertambah dengan kegiatan peminjaman uang.
Uang yang disimpan oleh
masyarakat, oleh perbankan dipinjamkan kembali kepada masyarakatyang
membutuhkannya. Jasa-jasa bank lainnya menyusul sesuai dengan perkembangan
zaman dan kebutuhan masyarakat yang semakin beragam. Sejarah
perbankan di Indonesia tidak terlepas dari zaman penjajahan Hindia
Belanda. Pada masa itu terdapat beberapa bank yang memegang peranan
penting di Hindia Belanda. Bank-bank yang ada itu antara lain:
1. De Javasce NV.
2. De Post Poar Bank.
3. De Algemenevolks Crediet
Bank.
4. Nederland Handles
Maatscappi (NHM).
5. Nationale Handles Bank
(NHB).
6. De Escompto Bank NV.
Di samping itu, terdapat
pula bank-bank milik orang Indonesia dan orang-orang asing seperti dari
Tiongkok, Jepang, dan Eropa.
Bank-bank tersebut antara
lain:
1. Bank Nasional indonesia.
2. Bank Abuan Saudagar.
3. NV Bank Boemi.
4. The Chartered Bank of
India.
5. The Yokohama Species
Bank.
6. The Matsui Bank.
7. The Bank of China.
8. Batavia Bank.
Trend Produk Sistem
Informasi Perbankan
Saat ini bank ritel di Indonesia memiliki produk dan
layanan:
-Tabungan
-Deposito
-Giro
-Kartu Debit
-Kartu Kredit
-Perdagangan Bank Notes, Valas, dsb (Trade
Finance)
Trend Transaksi
Jenis transaski sudah beragam baik menggunakan Kartu
Debit, Kartu Kredit yang memanfaatkan jaringan ATM atau Debit Access
Transaction umumnya di Cashier yang berlokasi di gerai, outlet tempat-tempat
perbelanjaan.
Sebagai gambaran BCA dengan 750 kantor online-nya,
dilengkapi 2.100 ATM yang mempunyai fungsionalitas memadai, dapat menghandle
dengan baik 8,2 juta nasabahnya.
Dengan jumlah transaksi per hari 2,4 juta. Dari jumlah
transksi tersebut rata-rata 821.000 transaski dilakukan melalui ATM, dengan
kata lain tingkat pemakaian ATM-nya sebesar 3,9 kali. Sedangkan transaksi
lainnya yang sudah lazim dilakukan meliputi:
·
Mengecek saldo
·
Fasilitas Pembayaran: Pemindahbukuan dan Penarikan Tunai
·
Fasilitas untuk menerima Pembayaran (speed collect)
·
Pembukaan dan pengecekan L/C
Layanan On Line Banking
Seperti ungkapan futurolog teknologi Nicholas
Negroponte; bahwa dunia makin lama makin digital. Hal ini ditengarai oleh
pesatnya perkembangan transaksi bisnis dan kegiatan non-bisnis yang makin
beralih ke pemanfaatan komputer on-line.
Dipicu oleh perkembangan Internet, makin meningkatnya
kemampuan hardware dan software dengan kecepatan tinggi dan
penyebaran komputer, makin menyadarkan nasabah bank akan berbagai kemudahan
yang didapatkan dengan ketersediaan layanan On-line banking.
Saat ini standar layanan ritel banking kelas dunia
seperti Chase Manhattan Bank, Bank Of America (BOA) bagi nasabahnya
bukan saja menyediakan transakasi real-time, namun banyak lagi produk
layanan berbasis on-line seperti:
·
Packet S/W (Windows) gratis dan tak terbatas sebagai antisipasi
memenangkan persaingan teller-less.
·
Packet software keuangan (Quicken, MoneyOne, BankNow)
·
Packet Entreprise Resourches Planning (ERP software) yang tentunya
sangat dibutuhkan dalam mengelola bisnisnya.
Kesemua software bantuan tadi dapat diakses,
berkat tersedianya portal khusus yang dimiliki oleh setiap Bank.
Perkembangan teknologi telekomunikasi dan informatika
mengarah ke konvergensi dan dipicu oleh ketatnya kompetisi, melahirkan berbagai
inovasi dan lompatan teknologi Telematika.
Paradigma diatas sangat mempengaruhi pola dan strategi
bisnis, tidak terkecuali industri perbankan. Tuntutan keragaman, kemudahan, kecepatan
dan harga jasa yang sangat murah semakin cepat mengemuka.
Bagi sektor perbankan yang sangat mengutamakan unsur kepercayaan
dan efisiensi serta layanan berkualitas, perlu menata ulang bisnisnya dengan
mencermati ketersediaan inovasi teknologi serta dampaknya bagi kelangsungan dan
pertumbuhan bisnisnya.
Berikut diuraikan teknologi dan dampaknya bagi perbankan
A. Internet
Merupakan jaringan media informasi global untuk umum
berkecepatan tinggi, yang menghubungkan setiap PC dengan PC lain melalui modem.
Manajemen operasinya diatur melalui Penyedia Jasa
Internet (ISP) yang terhubung dengan International Internet Gateway, sehingga
setiap individu dengan PC yang dilengkapi modem dapat berkomunikasi, bertukar
informasi atau hanya sebatas mencari informasi keseluruh belahan dunia.
B. Intranet
Jaringan komunikasi intuk keperluan internal, yang mampu
membuat sesama karyawan dapat bertukar informasi dan bertukar pengetahuan
ataupun media penyampaian informasi kebijakan perusahaan pengganti majalah,
bulletin di internal perusahaannya (private network).
C. Extranet
Jaringan komunikasi yang dibangun dari saru perusahaan ke
perusahaan lainnya untuk saling bertukar informasi, bertransaski dari dan ke
supllier, pelanggan dan pelaku bisnis lainnya.
D. World Wide Web (www)
Entitas yang paling cepat tumbuh dalam fasilitas
Internet, yang menyediakan fasilitas dan kemudahan dalam membuka atau mengirim
informasi melalui saluran/ links “hypertext”.
Dengan entitas ini memudahkan setiap komputer yang
terhubung ke Web secara cepat mendapat akses informasi umum dari setiap
komputer lainnya di Internet, walaupun jumlah informasinya banyak atau dari tempat
yang jauh.
E. e- commerce
Merupakan aplikasi perdagangan yang memanfaatkan
fasilitas Internet, yang menjadikan setiap individu/ perusahaan dapat secara
langsung tersambung secara digital ke perusahaan/individu lainnya untuk
melakakukan transaksi bisnis.
Pemanfaatannya saat ini dapat dikategorikan dalam:
1. Business to Business
2. Business to Customers
Agar keduabelah pihak dapat bertransaksi secara langsung,
terlebih dahulu harus dibangun 2 sistem yang terintegrasi:
1. Interactive order entry and processing
Menjamin tersedianya fasilitas bertransaksi mulai,
Informasi produk dan specifikasinya (e-marketplace), Pemesanan (Placing
Order), Order Processing sampai pemenuhan Order (e-fulfillment)
2. On-line payment
Fasilitas internet yang memungkinkan pembayaran dilakukan
secara on-line antara pembeli ke Bank atau Credit Card, setelah proses order
terpenuhi persyaratannya (e-fulfillment).
Fasilitas ini menggantikan proses dagang konvensional
seperti : pesan lewat Fax, e-mail, pembayaran dengan L/C sampai monitoring
kelengkapan dokumennya.
F. e- retail
Forrester Research, November 2000 mengatakan, penjualan ritel
melalui internet akan mencapai USD 92 juta pada 2001. Hal ini membuktikan jalur
internet telah memantapkan diri sebagai perantara penjualan dengan pertumbuhan
tercepat.
Umumnya kegiatan e-retail meliputi:
a. Pengembangan model bisnis
b. Disain situs WEB
c. Pengembangan dan manajemen kontent
d. Kemitraan dan aliansi
e. Akusisi pelanggan
f. Desain rantai persediaan
g. Model pemenuhan pelanggan (e-fulfillment)
h. Rencana skalabilitas
i. Integrasi dan eksekusi balik layar (back end)
j. Cara mempertahankan pelanggan
k. Ekonomi jangka panjang
Beberapa hal perbedaan e-retail dengan retail
konvensional :
1. Kecepatan menanggapi: Lebih cepat menerima
dan memproses pesanan.
2. Akses pelanggan terhadap informasi: Semakin
ekstensif dan selalu up-to-date
3. Area jual beli yang selalu berubah:
pperkenalkan produk baru berdasarkan permintaan konsumen, bukan siklus
perkembangan produk
4. Kemantapan eksekusi: selain kesediaan produk
dan kemudahan pembayaran, konsumen juga menuntut kecepatan pengiriman produk.
Ada 5 (lima) kunci pokok untuk mencapai sinkronisasi
supply chain, yaitu:
1. Kesempurnaan operasional: Perencanaan
pengantaran dan menerapkan konsekuensi perubahan atas upaya mengimplementasi
kerangak peningkatan kinerja.
2. Terobosan dengan memanfaatkan web, untuk
pengurangan berlipat ganda biaya dari tiap proses.
3. Menciptakan kerjasama baru
4. engolola kompleksitas dalam waktu seketika
5. Mengoptimalisasi hal-hal tak terduga
Tercapainya kelima kekuatan diatas akan sangat membantu
dalam mengimplementasikan strategi rantai persediaan, antara lain menyegmentasi
berdasarkan kebutuhan pelanggan dan merencanakan sesuai kondisi pasar serta
menyesuaikan jaringan logistik agar mencapai kesempurnaan e-retailing.
G. e- government
Sistem informasi pemerintahan yang berbasis web dan
internet protocol untuk meningkatkan pelayanan pemerintah kepada warganya
secara cepat dan murah. Contoh aplikasinya meliputi : KTP, Pajak, Fiskal dan
SIM on-line.
H. e- resourches
Suatu bentuk Sistem Informasi Manajemen Pengelolaan
Pendapatan Bagi Hasil Eksplorasi Sumber Daya Alam (SDA) yang saat ini masih
diimplementasikan dibidang kelautan, dimana Pemerintah selaku pemegang hak
pengelolaan membuat situs Internet tentang seluruh kandungan kekayaan alam, kebijakan
ekploitasi, pola bagi hasil dan tatacara pembayarannya.
Pendapatan bagi hasil dengan investor yang
mengeksploitasi SDA tersebut dikelola secara on-line ke Bank.
I. LAN –sharing
Merupakan teknologi peng-optimalasasian jaringan sehingga
dapat digunakan bersama-sama baik dalam Bank serempak dengan LAN Nasabah,
dengan pembatasan-pembatasan penggunaan fungsi, akses datanya dan menjamin
keamanan data base masing-masing pengguna.
J. Portal
Pintu gerbang bagi pengguna Internet, sehingga
memungkinkan untuk pencarian, bertukar informasi, memperoleh informasi tertentu
secara up to date hingga melaksanakan transasksi berbasis web (e-commerce, dsb)
Kesepuluh inovasi teknologi telematika di atas merupakan satu kesatuan yang saling terintegrasi dan berdampak langsung terhadap pola bisnis dan persaingan.
Perusahaan-perusahaan yang adaptif dalam memanfaatkan
kesepuluh teknologi di atas bukan hanya mencapai efisiensi usaha, namun juga
mendapatkan banyak manfaat dalam menata ulang usaha dan menyusun skenario
pertumbuhannya, sampai dimanfaatkan sebagai alat strategis untuk membangun
berbagai keunggulan dalam memenangkan persaingan yang cenderung semakin terbuka
dan meng-global.
SISTEM INFORMASI PERBANKAN SYARIAH
Dalam melakukan kegiatannya perbankan syariah bekerja
sama dengan bidang teknologi informasi untuk membangun sistem informasi
perbankan syariah dengan membuat aplikasi khusus yang dapat mempermudah semua proses-proses transaksi yang ada diperbankan syariah yang salah
satunya adalah proses transaksi jual beli salam. Dan sudah menjadi sesuatu yang
sangat relatif bila dikatakan bahwa sebuah aplikasi teknologi perbankan syariah
itu baik atau lebih baik dari aplikasi yang lain ( Zachman, John A., A
framework in information systems Architecture, New York: IBM Systems Journal
26, No.23, 1999 ). Tetapi seorang ahli teknologi informasi Eropa
menerangkan bahwa aplikasi yang baik harus memenuhi beberapa persyaratan
penting dan saling berhubungan, yaitu:
a. Sifat Operasional
Aplikasi ( Product Operation )
Untuk melihat sifat operasional aplikasi, hal-hal yang
diukur adalah berhubungan dengan teknis analisis perancangan aplikasi dan
arsitekturnya. Seorang pakar Inggris bernama McCall merumuskan
kualitas Product Operation sebagai berikut:
1. Correctness, yaitu s ejauh mana suatu aplikasi memenuhi spesifikasi dan objectives dari users. Dalam hal ini yang harus kita perhitungkan adalah sejauh mana pengembang internal maupun eksternal ( vendor ) dapat mengetahui kebutuhan bisnis ( business requirement ). Dalam hal ini mereka harus mengerti bahwa ada beberapa perbedaan signifikan antara arsitektur bank konvensional dengan arsitektur bank syariah;
2. Reliability yaitu
kemampuan sebuah aplikasi melaksanakan kemampuan sesuai dengan fungsinya dan
ketelitian yang akurat;
3. Efficiency yaitu
seberapa besar kapasitas parameter yang mendukung modul-modul yang saling
berkaitan untuk memudahkan user membuat turunan produk, interfacing
antar modul serta interfacing terhadap aplikasi lain yang mungkin
dihubungkan untuk mendukung suatu transaksi;
4. Integrity yaitu
sejauh mana akses ke aplikasi dan data oleh pihak yang tidak berhak dapat
dikendalikan, seberapa tinggi akurasi dan tingkat security yang
dimiliki; dan
5. Usability yaitu f
aktor ini menentukan sejauh mana kemudahan user mempelajari, menggunakan
dan mengerti output yang dihasilkan.
b. Kemampuan aplikasi
dalam menjalani perubahan ( Product Revision )
Dalam perjalanan suatu usaha senantiasa terdapat
perubahan-perubahan baik dari sisi strategi maupun perubahan yang diakibatkan
oleh regulasi. Oleh karena itu ada beberapa faktor pokok yang harus
dipertimbangkan adalah:
1) Maintainability yaitu usaha untuk menemukan perbaikan dari kesalahan ( error
) maupun usaha untuk melakukan perubahan;
2) Flexibility yaitu usaha yang diperlukan untuk melakukan modifikasi,
terutama terhadap aplikasi yang berhubungan dengan hal-hal operasional;
3) Testability yaitu usaha yang diperlukan untuk menguji atau memastikan
suatu aplikasi telah sesuai dengan kebutuhan bisnis ( business requirement
), comply dengan regulasi yang ada dan lain sebagainya.
c. Daya adaptasi software terhadap lingkungan baru ( Product Transition ).
Percepatan TI semakin hari terasa semakin cepat,
perubahan-perubahan terjadi mulai dari operating system yang
hampir setiap tahun mengeluarkan versi baru, software pendukung, delivery
channel maupun hardware yang terus dikembangkan untuk mengembangkan
aplikasinya sehingga dapat beradaptasi terhadap lingkungan baru.
Delivery channel merupakan salah satu faktor yang harus
diperhitungkan dalam pengembangan bisnis di masa depan, mengingat arah
perbankan dunia menuju sistem Cyber Banking (bank maya). Untuk mengantisipasi
hal tersebut maka perlu dilakukan pengujian terhadap aplikasi, apakah aplikasi
yang bersangkutan sanggup melakukan hubungan dengan aplikasi lain dalam
platform yang berbeda (Inter-operability), baik secara langsung maupun dengan
perantara perangkat lain (middleware).
Aplikasi pembiayaan salam diperbankan syariah pada
umumnya dibuat untuk melakukan pencatatan transaksi atau produk salam itu
sendiri. Serta untuk mengolah data yang diperlukan dalam pembiayaan syariah
agar terkomputerisasi dan lebih akurat sehingga tidak akan mengalami human
error atau redudansi data. Aplikasi ini juga didukung dengan teknologi internet
agar dapat diakses secara online oleh petugas dibagian-bagian yang
bersangkutan.
Dalam bidang pemasarannya semua lembaga perbankan syariah
juga membangun website khusus untuk melakukan proses e-banking untuk memberikan
kemudahan kepada nasabahnya dalam bertransaksi dan memperoleh informasi tentang
perbankan syariah maupun produk-produknya.
DAMPAK TEKNOLOGI INFORMASI DALAM DUNIA PERBANKAN
Peran teknologi
dalam dunia perbankan sangatlah mutlak, dimana kemajuan suatu sistem perbankan
sudah barang tentu ditopang oleh peran teknologi informasi. Semakin berkembang
dan kompleksnya fasilitas yang diterapkan perbankan untuk memudahkan pelayanan,
itu berarti semakin beragam dan kompleks adopsi teknologi yang dimiliki oleh
suatu bank. Tidak dapat dipungkiri, dalam setiap bidang termasuk perbankan
penerapan teknologi bertujuan selain untuk memudahkan operasional intern
perusahaan, juga bertujuan untuk semakin memudahkan pelayanan terhadap
customers. Apalagi untuk saat ini, khususnya dalam dunia perbankan hampir semua
produk yang ditawarkan kepada customers serupa, sehingga persaingan yang
terjadi dalam dunia perbankan adalah bagaimana memberikan produk yang serba
mudah dan serba cepat.
Salah satu bank
yang paling mutakhir dengan teknologi hi-end nya adalah BCA, dimana dengan
asset teknologi mutakhir yang dimilikinya BCA mampu menjadi leader dalam hal
pelayanan e-banking. Dengan jumlah ATM terbesar yang dimilikinya, fasilitas
internet banking,dll. Padahal ukuran kecanggihan sebuah teknologi perbankan
tidak hanya dilihat dari coverage ATM-nya semata, tapi seharusnya dilihat pada
data centernya, khususnya di aplikasi core bankingnya.
Memang kendala
yang dihadapi oleh dunia perbankan adalah kompleks dan mahalnya teknologi
informasi, karena sebagian besar teknologi ini masih disuplay oleh
vendor-vendor luar negeri. Tetapi kita lihat sekarang, banyak vendor – vendor
pribumi yang berani bersaing dalam teknologi informasi ini. Jadi kenapa kita
tidak memakai vendor-vendor pribumi untuk menanamkan teknologi informasi
tersebut dalam dunia perbankan. Hal ini manjadi tuntutan bagi perbankan karena
mau tidak mau suatu korporasi yang mempunyai ruang lingkup kerja yang luas
ditambah dengan operasional-operasional yang sangat banyak harus ditunjang
dengan suatu teknologi untuk memudahkan, mengefisienkan dan mengefektifkan
kinerja tersebut. Apalagi dalam dunia perbankan dibutuhkan suatu informasi yang
up to date bagi pihak manajemen menengah ke atas untuk memprediksikan
langkah bisnis yang akan diambil sehingga berbagai kendala yang mungkin muncul
dapat teratasi.
Sebagai contoh,
dibangunnya suatu sistem informasi Biro Kredit Nasional oleh Bank Indonesia, hal
itu dilakukan tidak lain adalah untuk mengantisipasi resiko kredit yang mungkin
muncul apabila salah seorang debitur mengajukan pinjaman di salah satu bank
padahal pinjaman di bank lain belum lunas. Hal ini dibutuhkan kesinergian dan up
to date-nya informasi antar bank sehingga hal tersebut dapat terhindarkan.
Operasional yang
real time antar bank juga telah menjadi tuntutan bagi dunia perbankan,
karena hal ini menjadi salah satu materi bagi pelayanan yang berkompetisi dalam
memasarkan produk perbankan. Pengiriman uang transfer antar bank, outlet-outlet
otomasi (ATM), hal ini menjadi patokan penilaian bagi para nasabah umumnya
dalam melakukan transaksi dalam segi pelayanan. Jadi memang mau tidak mau
bisnis perbankan harus ditunjang keefisienan operasional jika ingin bersaing di
dalam dunianya, dan hal ini harus ditunjang dengan suatu sistem yang
terintegrasi yang termuat dalam suatu teknologi informasi.
Penerapan suatu
teknologi informasi menuntut diantaranya sumber daya manusia yang memadai. Jika
sumber daya manusia yang ada tidak menguasai teknologi tersebut hal ini menjadi
suatu pemborosan semata, karena mahalnya teknologi yang telah dibeli jika tidak
terpakai merupakan suatu hal yang sia-sia. Oleh karena itu sebelum teknologi
tersebut diterapkan, sudah seharusnyalah kita instropeksi terhadap kemampuan
korporasi, apakah cocok teknologi tersebut diterapkan, apakah sumber daya
manusianya memadai, dan apakah teknologi tersebut mempunyai features
yang dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama. Karena penerapan suatu
sistem teknologi informasi merupakan salah satu aktivitas investasi jangka
panjang bagi korporasi. Hal ini sudah sepatutnya menjadi hal yang
diperhitungkan dalam dunia perbankan, sebagai lembaga intermediasi bagi
masyarakat, sudah seharusnya perbankan menjadi “pelayan” yang setia dengan
selalu merealisasikan bentuk-bentuk pelayanan dengan menggunakan teknologi
informasi.
Namun masyarakat
sering salah kaprah. Internet banking sering dikatakan canggih karena
memungkinkan akses perbankan dari manapun. Padahal jika dilihat dari arsitektur
sistem perbankannya, E-Banking hanyalah salah satu channel dari banyak channel
untuk transaksi perbankan semisal EDC (electronic data capture) yang banyak
terdapat di merchant belanja. Ataupun mesin ATM itu sendiri
Mudahnya sebuah
sistem yang mengelola data hingga 140 juta customer base yang hanya digunakan
untuk pencatatan saja semisal KPU-Pemilu, tentunya tidak lebih canggih
dibandingkan BRI dengan 30 juta customer yang menggunakan aplikasinya untuk
menghitung kelipatan bunga dan kredit. Dan tentunya tidak berarti BRI kalah
canggih dengan aplikasi Bank Niaga yang mampu dengan akses banyak channel-nya
bila pelanggannya hanya 10juta.
Pengembangan
lokasi layanan perbankan saat ini nyaris sudah tidak mungkin, penambahan produk
baru juga tidak akan beranjak jauh dari inovasi sekitar mobile-banking dan
ekstensifikasi layanan private banking, yang semula diarahkan ke
nasabah-nasabah kelas kakap saja. Layanan financial planning yang semula sangat
terbatas, kini semakin marak dan dimungkinkan dengan terbukanya peluang untuk
memadukan produk-produk asuransi, pasar-modal dan dana-pensiun ke dalam layanan
perbankan. Teknologi yang diperlukan sifatnya menjadi sangat individual dan
tergantung pada profil dan kebutuhan masing-masing nasabah. Yang penting adalah
bahwa perkembangan saat ini menunjukkan bahwa layanan jasa-keuangan sedang
bergerak ke arah konvergensi di antara keempat jenis produk tersebut.
Lalu, bagaimana
penerapan teknologi informasi untuk kebutuhan seperti ini? Tidak mungkin
melakukan integrasi dari semua sistem aplikasi yang terkait, karena
masing-masing aplikasi hampir pasti dioperasikan oleh perusahaan-perusahaan
yang berbeda. Beberapa bank tampak mengoperasikan service desk terpisah untuk
masing-masing jenis layanan jasa keuangan. Insurance desk misalnya, ada di
sudut khusus untuk jenis layanan itu. Capital market instruments relatip lebih
mudah diintegrasikan ke dalam layanan jasa perbankan, itupun kalau konfigurasi
produknya simpel-simpel saja. Pola ini primordial sifatnya dan sudah dilakukan
lebih dari 10 tahun yang lalu. Tantangannya adalah dukungan teknologi perbankan
di meja service representative yang dapat digunakan untuk memadukan semua
layanan jasa perbankan ini dan meraciknya secara individual untuk para nasabah
yang memerlukan.
Berbagai kasus
di atas membantu menunjukkan bahwa teknologi yang diterapkan dengan baik
memberikan competitive advantage kepada sebuah bank. Setiap bank mempunyai
akses yang sama atas teknologi yang ada, namun yang mampu memanfaatkannya
dengan benar adalah mereka yang berhasil meraciknya ke dalam sebuah konfigurasi
yang fungsional dan efisien, yang diimplementasikan dengan seksama, yang
mendukung produk dan layanan yang ciamik serta dioperasikan dengan tepat-guna.
Membeli teknologi adalah kegiatan yang paling mudah dan tidak memerlukan
keahlian tinggi. Namun, semuanya kembali memerlukan perancangan, penerapan
teknologi yang baik, Good IT Governance, yang berdasarkan keseuaian target
korporasi dari perbankan itu sendiri.
PENUTUP
Teknologi Informasi tidak
hanya bermanfaat pada bidang pendidikan dan pekerjaan saja, namun kini
pemanfaatan teknologin Informasi sangat luas dan memberikan kemudahan bagi
para costumer. Teknologi Perbankan yang ada hingga saat ini
diantarannya adalah :
1. Internet Banking
2. Mobile Banking
3. Uang Elektronik
4. ATM
Karena adanya teknologi ini,
keamanan bertransaksipun semakin diawasi guna tidak menyebabkan kerugian bagi
nasabah maupun perusahaan. Demikian yang bisa kami simpulkan, semoga
makalah ini bermanfaat guna proses pembelajaran khususnya bidang
studi Pengantar Ilmu komputer. Apabila makalah ini terdapat
kekurangan maupun kesalahan dalam penulisan/pembahasan kami mohon
maaf, karena kami masih dalam proses pembelajaran. Terimakasih.
Referensi :
http://axcelyanuar.blogspot.com/2011/05/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html
http://khoirulanwar-tugas.blogspot.com/2012/04/teknologi-sistem-informasi-perbankan.html